Keempat, kita menginjili karena hutang darah Yesus. Jika Tuhan tidak
selamatkan kita apakah arti hidup kita? Meski memperoleh begitu banyak
harta dan popularitas apa gunanya hidup kita jika tidak diselamatkan
oleh Kristus? Mari kita punya pola pikir darah Yesus. Salah satu rahasia
kerohanian Kristen yang baik adalah karena kita senantiasa memikirkan
dan mengingat darah Yesus.
Jika seorang pria Kristen memikirkan darah
Yesus masih bisa punya pikiran cabul tidak? Masih bisa dendam tidak?
Orang Kristen yang hidupnya memikirkan darah Yesus hidupnya serius.
Dimanapun kita berada ingat bahwa Tuhan sudah mati bagi kita. Setiap
kali kita menghadapi pencobaan jangan mengandalkan kekuatan sendiri
tetapi ingat bahwa Tuhan sudah mati untuk kita, darah-Nya sudah
dicurahkan bagi kita, karena itu kita tidak boleh hidup ngawur. Orang
Kristen yang terus mengingat salib dan darah Kristus hidupnya tidak
main-main. Darah Kristus menjadi motivasi kita untuk memberitakan Injil.
Jika Tuhan sudah mati bagiku, sekarang bagaimana dengan orang lain?
Demi darah Yesus mari kita menginjili.
Kelima, yang Tuhan minta bagi kita adalah hal yang sangat kecil
dibandingkan dengan apa yang sudah Tuhan lakukan bagi kita. Kita tidak
diminta untuk mati di kayu salib, kita tidak diminta untuk berperan
seperti Roh Kudus yaitu meluluhkan hati orang, tidak. Kita hanya diminta
memberitakan Injil. Ini bagian yang sangat kecil, itupun kita tidak
mau. Mari kita pikirkan bagaimana perasaan Tuhan waktu kita tidak mau
menginjili? Kita menginjili demi Tuhan senang. Demi orang tua senang
saja kita seringkali melakukan hal yang tidak benar, masak kita tidak
mau melakukan hal yang benar supaya Tuhan senang?
Keenam, kita menginjili karena mencintai jiwa-jiwa. Yunus tidak mau
melakukan hal ini. Yunus diperintahkan Tuhan untuk memberitakan Injil
pada orang Niniwe. Orang Niniwe adalah orang yang begitu kejam.
Orang-orang Yahudi lidahnya dicabut, mereka digantung, tangan kaki
diikat di kuda lalu dipecut sampai terbelah, wanita diperkosa oleh
bangsa Niniwe. Yunus dendam pada mereka dan tidak mau memberitakan Injil
pada mereka.
Tetapi Tuhan sayang pada bangsa Niniwe karena Ia yang
menciptakan mereka (Yun.4:10-11). Mari belajar mengasihi orang-orang
yang sangat tidak kita kasihi. Kita harus mengutamakan perasaan Tuhan
daripada perasaan kita. Tuhan melihat jiwa. Mari kita melihat orang lain
dari mata Tuhan bukan dari mata kita. Kita harus memikirkan kemana jiwa
orang lain setelah ia mati? Kita harus menginjili. Kita dapat
menginjili di mana saja, kapan saja.
Ketujuh, kerohanian orang Kristen bertumbuh dengan memberitakan
Injil. Kesucian akan datang bersamaan dengan hati menginjili. Orang yang
hidupnya ngawur tidak suka menginjili, hidupnya tidak menjadi
kesaksian. Sementara orang yang suka menginjili akan berhati-hati dalam
hidupnya, tidak sembarangan karena ia tidak mau hidupnya menjadi batu
sandungan bagi orang lain sewaktu mendengar berita Injil.