Dalam menafsirkan Alkitab, kita harus memperhatikan konteksnya. Konteks paling jauh adalah konteks seluruh Alkitab atau prinsip total seluruh Alkitab. Kalau kita membicarakan tentang harta, jangan hanya mencomot ayat dari doa Yabez, yang mencatat bahwa pernah Tuhan menjawab doa demikian. Tetapi bagaimana pandangan kitab Kejadian hingga kitab Wahyu tentang harta? Bagaimana pandangan Tuhan Yesus, tulisan Rasul Paulus dan kitab lain tentang harta?
Selain itu, janganlah satu kalimat diambil tetapi konteksnya diabaikan. Satu kata harus dipahami dalam satu kalimat. Satu kalimat harus dimengerti dalam satu ayat. Satu ayat harus dibaca dalam satu paragraf/ perikop (biasanya untuk surat-surat disebut paragraf, untuk Injil disebut perikop dan seterusnya). Satu paragraf/ perikop dibaca dalam satu pasal. Satu pasal ditafsirkan dalam satu kitab. Lalu kita memperhatikan lagi konteks sesama penulis, seperti konteks tulisan-tulisan Yohanes, tulisan-tulisan Paulus dan seterusnya.
Jangan lupa memperhatikan kitab-kitab yang saling mendukung seperti Mazmur dan kitab 1-2 Samuel, 1-2 Raja-Raja, 1-2 Tawarikh saling berkaitan. Kisah Para Rasul dan Surat-Surat Paulus saling menunjang. Semua konteks ini dapat kita pahami dengan akal sehat dan logika sederhana, menurut apa yang tertulis dalam kitab-kitab tersebut.