Kasih itu murah hati. Kasih yang sejati mencakup aspek moral, bukan anti moral. Kekristenan harus memberikan jawaban bahkan tantangan moral. Memang kekristenan bukan sekadar mengajarkan moral belaka, namun ini tidak berarti tidak ada tanggung jawab dan pancaran moral dalam Kekristenan. Orang yang mengasihi memiliki karakter kebaikan hati, sebagai lawan kata dari kelicikan hati yaitu yang bersifat manipulatif. Orang yang memiliki kebaikan hati tidak memiliki motivasi untuk mencelakakan atau merugikan orang lain. Sebaliknya ia bermurah hati, suka membantu dan menolong sesamanya. Kebaikan hatinya akan terlihat dalam sikap dan perbuatan.
Kasih tidak cemburu (atau lebih tepatnya, tidak iri hati). Adakah orang yang iri kepada anaknya sendiri? Kalaupun ada, orang itu pasti bermasalah berat psikologinya. Pada umumnya tidak ada orang yang iri kepada anak, istri atau suaminya sendiri (sayangnya masih cukup banyak yang iri kepada saudaranya). Mengapa tidak ada iri hati di antara relasi keluarga yang kita sebut tadi? Karena kasih. Kasih mengusir iri hati. Ketika seseorang iri kepada yang lain, akar persoalannya adalah kurang mengasihi. Tidak mungkin kita iri kepada orang yang sangat kita kasihi; kita justru akan bangga dengan kelebihannya; kita akan turut bersukacita ketika yagn kita kasihi dihormati oleh orang lain. Kasih bukan hanya menghentikan iri hati; kasih, secara positif membawa kita memiliki hati yang luas.