Sabtu, 22 September 2012

Pdt. Billy Kristanto: Kasih itu Sabar Dalam Penderitaan

Kasih itu sabar (NKJV: suffers long). Sabar di sini bukanlah kesabaran natural yang dimiliki oleh orang yang bertemperamen tertentu yang memang secara alamiah terlihat lebih sabar dari pada banyak orang lain. Ujian kesabaran yang sesungguhnya adalah ketika kita dizinkan masuk ke dalam penderitaan. Penderitaan menyingkapkan diri kita apa adanya, sampai bagian yang terdalam. Jika dalam penderitaan kita dapat bertahan (suffers long), kita akan menuai kesabaran yang dimaksud oleh Tuhan.

Persoalan suffering rupanya menjadi tema yang sangat penting dalam pemikiran kontemporer. Kita dapat menjelaskan suffering dalalm berbagai cara; salah satunya kita dapat mengatakan bahwa suffering is the absence of love (menderita - tidak adanya kasih). Bukankah ini yang sering manusia kemukakan, bahkan dihadapan Tuhan? Di mana Tuhan pada saat aku menderita? Apakah Tuhan Mahabaik, namun tidak Mahakuasa, atau Dia mahakuasa tetapi tidak Mahabaik, sehingga ada penderitaan di dunia ini? Di mana Tuhan yang katanya Mahakasih itu?

Pertanyaan seperti ini tidak mungkin terjawab, karena siapa yang sanggup menyelami dan mengerti sepenuhnya penderitaan seorang manusia yang begitu dalam? Namun dalam sejarah, pernah ada seorang Manusia yang rela menderita, bahkan seumur hidupnya penuh dengan penderitaan; tentang Dia nabi mengatakan, "seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan" (Yes. 53:3). Ia bukan kadang-kadang menderita; Ia biasa menderita. Penderitaan sangat akrab dengan diriNya. Mengapa Ia mau menderita? Alkitab mengatakan, karena kasih.

Di sini terjadi pemutarbalikan yang radikal terhadap pertanyaan manusia berdosa yang berada dalam penderitaan, yagn seringkali mempertanyakan di mana kasih. Pertanyaan itu justru dijawab dengan sebuah pernyataan, bukan sekadar kalimat, melainkan pernyataan hidup 33 tahun di bumi. Love suffers long. Justru karena ada kasih maka ada kerelaan untuk menderita. Penderitaan tidak mungkin pernah bisa dihindarkan, namun berbahagialah mereka yang menderita karena mengasihi. Orang demikian hidupnya dekat dengan Tuhan.