Kamis, 06 September 2012

Pdt. Sutjipto Subeno: Yusuf Arimatea (2)

Sembari Tuhan persiapkan Yusuf, iman sangatlah memegang peranan. Yusuf yang semula adalah murid Tuhan yang tersembunyi, harus berani menyatakan diri pada saat Tuhan mau memakai dia. Hal ini sangatlah beresiko bagi dia karena dia akan dianggap sebagai pengkhianat dalam Sanhedrin. Orang Yahudi tidak akan membiarkan hidup orang yang mengganggu keberadaannya, dan salah satu orang yang sudah dimatikan adalah Tuhan Yesus. Inilah iman Yusuf, dia rela meresikokan nyawanya sekalipun demi untuk Tuhan Yesus. Orang yang kaya jika berkorban adalah lebih sulit daripada orang yang miskin jika berkorban. Karir yang sudah dirintis puluhan tahun, kekayaan yang sudah diperolehnya harus rela dilepaskannya, bahkan nyawanya sekalipun. 

Sebagai Saulus, hidup jauh lebih enak karena punya kedudukan, punya kuasa, dihormati banyak orang; tetapi sebagai Paulus, hidup jauh lebih tidak enak karena dipukuli, dimasukkan penjara, bahkan mati sebagai martir. Saulus bukanlah anak Tuhan, orang yang sangat jahat, orang binasa; sedangkan Paulus adalah anak Tuhan yang beroleh anugerah Tuhan. Sebagai orang Kristen sejati, seharusnya kita berani menanggung resiko dalam menjalankan misi Tuhan. Sebagai orang Kristen sejati yang berdiri dalam kebenaran, jangan pernah kita mengorbankan kebenaran dan mengikuti yang salah, justru kita harus dapat membawa yang salah kepada yang benar.
 
Yusuf dari Arimatea telah mengambil langkah yang sangat dahsyat di dalam iman. Dia muncul bukan pada saat Yesus lagi naik daun melainkan ketika Yesus sudah mati. Secara logika manusia, apa yang didapatkan oleh Yusuf dengan membela mayat, bukankah hanya kerugian semata? Mata Yusuf melihat beda dengan mata orang lain melihat. Situasi kengerian tengah ada dalam Sanhedrin pada waktu itu karena terngiang di telinga mereka perkataan Tuhan Yesus yang mengatakan bahwa Dia akan bangkit pada hari ketiga. Mereka tengah memikirkan cara untuk menutupi isu kebangkitan Yesus. 

Yusuf justru tenang karena dia yakin bahwa Yesus memang akan bangkit, bukan murid-murid-Nya yang akan mencuri mayat-Nya. Yusuf yakin bahwa yang dilakukannya bukan untuk mayat tetapi untuk Tuhan Yesus yang akan bangkit. Inilah masalah iman, dimana pikiran manusia bisa sejalan dengan pikiran Tuhan. Sebagai anak Tuhan seharusnya kita bisa masuk ke jalur itu, dimana cara pikir kita sejalan dengan pikiran/ kehendak Tuhan dan melihat sebagaimana Tuhan melihat.